1. Pengertian
Exhaust
Gas Oxygen (EGO)
Sensor adalah sensor yang berfungsi mengukur kadar gas oksigen yang
terdapat pada gas buang. Sensor ini bertujuan untuk menjaga nilai Air Fuel
Ratio (AFR) mendekati nilai ideal yakni 15:1. Sensor ini akan mengirim
informasi jumlah oksigen pada gas buang pada ECU (Electronic ControlUnit)
untuk mengukur tingkat kesempurnaan pembakaran. Jika pembakaran belum sempurna,
maka ECU akan mengkoreksi dan mengubah data perintah pada aktuator agar
pembakaran menjadi lebih sempurna.
Dalam
rangka untuk menjaga katalis emisi gas buang beroperasi dengan benar, air-fuel
ratio harus dijaga mendekati nilai 15:1 (perbandingan massa), dan sensor
EGO inilah yang membantu ECU untuk menjaga air-fuel ratio pada batas yang ditentukan.
Sensor EGO memonitor kadar oksigen secara konstan dan begitu pula air-fuel
ratio di intake mesin, karena persentase oksigen dalam gas buang merupakan
ukuran akurat dari air-fuel ratio yang masuk silinder mesin.
Informasi
berupa tegangan listrik dari EGO sensor diberikan pada ECU sehingga jumlah
bahan bakar yang diinjeksikan pada mesin dapat berubah untuk mendapatkan nilai air-fuel
ratio yang stabil dan mendekati ideal.
2. Jenis
EGO
1a.
Voltaic
EGO
sensor voltaic tipe Zirconia dikenal lambat dalam beroperasi dankemudian
telah diklaim bahwa EGO sensor tipe titanium oksid (titania)mempunyai respon
yang lebih cepat, oleh karena itu tipe titanium lebih baikuntuk mesin dalam
penggunaan kontrol emisi.
2b.
Resistif
EGO
sensor voltaic tipe Zirconia dikenal lambat dalam beroperasi dankemudian
telah diklaim bahwa EGO sensor tipe titanium oksid (titania)mempunyai respon
yang lebih cepat, oleh karena itu tipe titanium lebih baikuntuk mesin dalam
penggunaan kontrol emisi.
Sensor
titania bereaksi terhadap perubahan tekanan parsial oksigendalam gas buang.
Perubahan konsentrasi oksigen dalam gas buang menyebabkan perubahan resistansi
pada material sensor. Ketika sensor disuplai dengan voltase yang telah diatur
dari control unit, variasi arus yang melalui elemen sensor menimbulkan
sebuah indikasi dari kandungan oksigen dalam gas buang.
3. Cara Kerja Sensor Oksigen
1 a. Letak oksigen sensor di jalur
pembuangan. Satu sebelum catalytic converter dan satu setelah catalytic
converter
2 b. Sensor yang pertama digunakan untuk
mengatur pasokan bahan bakar
3 c. Sensor yang kedua digunakan untuk
memonitor efisiensi setelah melewati catalytic converter
4 d. Tekanan tinggi dan suhu gas buang
meninggalkan silinder pada proses pembuangan. Perjalanan melalui manifol buang
dan datang menuju / melewatioksigen sensor yang pertama yaitu sebelum catalytic
converter.
5 e. Elemen pengindraan yang terdapan d
bagian depan sensor terdiri dari elemen pengindraan zirconium dioksida atau
titanium yang tertutup dalam sel baja. Elemen pengindraan selanjutnya terhubung
ke elektroda platinum dan kawat mengarah ke bawah garis.
1 f. Gas buang yang terdiri dari oksigen
dan sisa gas buang tersebut mengalir melalui lubang pada sel baja tersebut.
2 g. Udara keluar melalui celah elah antara
kabel penghubung. Udara ini kemudian dipanaskan agar dapat menghasilkan
tegangan pada lensa zirconium tersebut
3 h. Perbedaan konsentrasi molekul oksigen
dalam gas buang dan udara ambien mendorong ion oksigen dari yang lebih tinggi
ke konsentrasi yang lebih rendah.
4 i. Karena pergerakan ion oksigen dari
satu lapisan platinum untuk yang lain yang meyebabkan perbedaan potensial
dihasilkan.
5 j. Campuran kaya lonjakan tegangan
sekitar 0.9 volt.
6 k. Sebaliknya campuran ramping memiliki
tegangan turun sampai 0.1 volt
l.
Tegangan sinyal tersebut lalu dikirim
ke ECU/ECM
8 m. ECU membandingkan gas buang tersebut
dengan data standart sensor pertama untuk disimpan untuk memutuskan apakah
campuran tersebut kaya atau ramping. Perhitungan ini digunakan untuk
memanipulasi rasio udara / bahan bakar selama stroke berikutnya
Beberapa sensor oksigen dengan tiga atau empat kabel secara
umum memiliki tingkat pemanasan yang berbeda oleh karena itu pasangkanlah
sensor yang bentul-betul sama jika diperlukan penggantian, kalau tidak akan
menimbulkan masalah lebih lanjut seperti resiko kerusakan ECU dan Oksigen
Sensor sendiri jika terjadi kesalahan penggantian
1. Meningkatnya konsumsi bahan bakar, masalah
”driveability"/kinerja mesin, lampu check engine menyala, emisi buruk,
adalah merupakan tanda awal kegagalan sensor oksigen
2. Konsekuensi besar dari setiap kegagalan sensor oksigen
dapat merusak catalytic converter yang sangat mahal
3. Jika terjadi kegagalan test emisi (HC-CO) yang dilakukan
setiap interval servis, maka prioritas kerja utama adalah memastikan fungsi O2
Sensor dan CC
4. Menjaga oksigen sensor selalu bekerja dengan benar dapat
menurunkan konsumsi bahan bakar sebanyak 15% -20% (silahkan menghitung berapa
nilai uang yang bisa dihemat tiap tahunnya). Menjaga sensor dalam kondisi
operasional yang baik juga akan meminimalkan emisi-gas buang, mengurangi resiko
kerusakan mahal untuk katalitik dan memperoleh kinerja prima mesin.
5. Uji Emisi adalah bagian item kerja dari perawatan berkala
kendaraan saat ini agar kinerja O2 Sensor dan katalitik dapat diketahui secara
dini.
6. Disarankan agar penggantian oksigen sensor dilakukan
secara periodis, untuk menghindari kerusakan katalitik yang lebih mahal.