ECT (Electronic Control Temperature)
1. Pengertian
Sensor WTS (Water
Temperature Sensor) merupakan salah satu dari sensor-sensor yang ada pada mesin EFI. Sensor WTS memiliki fungsi untuk mensensor atau mendeteksi suhu dari
air pendingin. Sensor WTS ini juga ada yang menyebutnya dengan istilah sensor ECT
(Engine Coolant Temperature).
Letak dari sensor WTS ini yaitu di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah. Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien), yaitu bekerjanya sensor ini adalah ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun dan sebaliknya bila suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik.
Sensor WTS dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW. Tegangan output dari sensor WTS ini akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor WTS ini, kemudian output signal sensor WTS ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor WTS di bawah ini :
Letak dari sensor WTS ini yaitu di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah. Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien), yaitu bekerjanya sensor ini adalah ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun dan sebaliknya bila suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik.
Sensor WTS dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW. Tegangan output dari sensor WTS ini akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor WTS ini, kemudian output signal sensor WTS ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor WTS di bawah ini :
Untuk grafik hubungan antara suhu (temperatur) air
pendingin dengan resistansi (tahanan) pada sensor, dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :
ECT terbuat dari thermistor, yaitu
sebuah variable resistor yang dipengaruhi oleh temperatur. Kerja ECT sama
dengan IAT, hanya fungsi pendeteksiannya yang berbeda. ECT berfungsi mendeteksi
temperatur air pendingin mesin sebagai input ECM untuk mengoreksi besar
penginjeksian bensin pada injector. ECT juga berfungsi sebagai kontrol
temperatur air pendingin mesin kepada pengemudi melalui temperature
gauge pada instrument
panel.
2. Berikut Cara-Cara Mendeteksi Kerusakan Mobil dengan Cara Manual :
a.
Diagnostic Normal Mode (DNM)
Pada
Diagnostic Normal Mode, yang dibutuhkan hanyalah menjumper diagnostic box dengan
melihat sticker yang ditempel terbalik di DLC. Pasanglah kabel tersebut pada
kode TE1 dan E1
Kondisi
mesin saat mendeteksi bisa dalam kodisi kunci kontak "ON", bisa pada
kondisi mesin mobil hidup.
Diagnostic
akan mendeteksi kerusakan melalui kedipan lampu pada indikator "check
engine" pada spedometer. Diagnostic Normal Mode ini akan memonitor 15
items dimobil.
b. Diagnosis
Test Code :
Biasanya
dalam Diagnosis Normal Mode banyak item penyebab mobil mogok total tidak
terdeteksi, sehingga kita beralih untuk mengecek mobil dengan cara Diagnosis
Test Code, karena dalam keadaan kondisi mesin Mati. Diagnosis Test Code ini
mencangkup 3 kode penting yang akan dicek secara langsung :
- Kode 22 : Temperatur Engine Coolant tetap pada suhu 80 derajat celcius (apakah mobil overheating atau tidak?)
- Kode 31 : Waktu pengapian tetap pada 5 derajat sebelum TMA dan tekanan absolut manifold tetap pada 46,7 Kpa. (Apakah pengapian mobil normal?)
- Kode 41 : Throttle position tetap pada 0 derajat (apakah sensor-sensor yang ada dithrottle Body dalam keadaan normal yang biasanya berguna untuk mengatur udara masuk)
Jika salah
satu dari kode ini terdeteksi ketika kita melakukan Diagnosis On Board maka
secara otomatis ECU akan mengubah mobil ke mode Fail Safe. Dan sama seperti
komputer yang dapat dijalankan melalui Safe Mode. Mobil tetap dapat dijalankan
melaui Safe Mode untuk melihat lebih dalam lagi kerusakan apa yang terjadi
dalam mobil.
Pastikan
sebelum Diagnostic Test Code dimualai, Throttle Valve tertutup, seluruh switch
aksesories mobil dalam kondisi OFF, dan transmisi pada posisi Park/Netral. Kode
yang harus dijumper untuk Diagnostic Test Code ini adalah TE1, TE2,
dan E1 kemudian kunci kontak diputar ke posisi ON (Mesin mobil
jangan dinyalakan dulu). Setelah menjumpai Troubel Code pada saat Diagnosis,
kemudian nyalakan mesin dan coba test jalan sebentar. Pada saati ini, ECU telah
mengoperasikan Fail Safe Mode, jika kecepatan mobil sekitar 5 Km/Jam (3 mph)
atau kurang. kode troubel diagnosisi 42 (Sinyal Kecepatan Kendaraan) akan
dimunculkan dan ini normal.
Untuk
kembali ke Normal Mode setelah pengetesan, silahkan matikan mesin dan cabut
kabel jumper. Setelah memperbaiki bagian yang bermasalah dari trouble code
tersebut, ECU akan tetap menyimpan DTC tersebut pada memorinya, dan untuk
menghapus DTC pada memori dengan cara mencabut sekering EFI pada Fuse Box atau
mencabut kabel negative baterai selama kurang lebih 10 detik. ECU akan kembali
ke Normal Mode.
3. Cara Membaca Kedipan Indikator Check Engine ketika Melakukan Diagnosisi On Board :
a. Setiap
kode umumnya terdiri dari 2 digit seperti : 12, 14, 16, 22, Dll
b. Arti dari
14 itu bikan check engine berkedip sebanyak 14 kali, jika seperti itu bisa
kelewatan kita
mencoba menghitungnya dan yang ada malah salah hitung terus.
c. Digit
pertama biasanya ditandai dengan kedipan lampu check engine yang pelan,
misalkan digit pertama
adalah 1, maka check engine akan berkedip pelan selama kurang lebih 0,5
detik sebanyak 1 kali
d. Setelah
itu diikuti dengan kedipan lampu check engine yang lebih cepat untuk angka
dibelakangnya,
misalkan angka 6, maka check engine akan berkedip secara cepat sebanyak
6x
e. Dan
setelah menunjukkan angka 16 (dalam kasus diatas) atau satu trouble code maka
check engine akan
mati selama kurang lebih 1 detik dan akan melakukan pengulangan kedipan
kembali untuk trouble code
16. Tetapi apabila trouble code lebih dari 1 maka check engine akan
berkedip menunjukkan trouble code
baru. Misalkan :
- Kode 16 : Kedipan panjang 1x diikuti dengan kedipan cepat selama
6x
Check engine akan mati selama 1 detik setelah itu,
- Kode 22 : Kedipan panjang 2x diikuti dengan kedipan cepat selama
2x,
Check engine akan mati selama 1 detik setelah itu,
- Kembali menunjukan kode 16 dan terus melakukan pengulangan untuk 2
kode diatas. Bagaimana bila ada 3 kode atau 4 kode? maka akan terjadi
pengulangan ke awal setiap 3 atau 4 trouble code yang telah ditunjukan kepada
kita.
4. Berikut ini
adalah List Trouble Code Diagnostic on Board (OBD I) untuk Mobil Toyota
11 = Momentary interruption in power supply to ECU up to 1991
12
= Engine revolution signal missing above 1000 rpm ; Biasanya masalah di
delco
14
= Igniter signal to ECU missing ; Biasanya masalah di sirkuit pengapian
16
= A/T control signal missing from ECU ; Biasanya masalah di sensor
Oksigen
21
= Main oxygen sensor signal fault : Biasanya maslah disensor oksigen
22 = Water temperatur sensor circuit fault : Biasanya masalah di thermostat
22 = Water temperatur sensor circuit fault : Biasanya masalah di thermostat
23&24
= Intake air temperatur signal fault ; Biasanya masalah di Mass Air Flow Sensor
25
= Air/Fuel Ratio Lean : Biasanya masalah disensor CO
26
= Air/Fuel Ratio Rich : Biasanya masalah disensor CO
27
= Sub-oxygen sensor signal or heater circuit fault : Biasanya masalah di
sensor oksigen
28 no. 2 =
Oxygen sensor/heater signal fault : Biasanya masalah di sensor oksigen
31&32 =
Air flow meter circuit or Vaccum sensor signal fault : Biasanya masalah di
MAP/Vaccum sensor
34&36 = Turbo charging pressure signal fault
35 = Altitude compensation sensor signal
fault : biasanya masalah di throttle body
41 = Throttle position circuit fault :
Biasanya masalah di sensor TPS
42 = Vehicle speed sensor circuit :
Biasanya masalah di sensor speed/kabel speedometer
43 = No starter signal to the ECU :
Biasanya masalah di dinamo starter
52,53,dan 55 = Knock sensor fault : Biasanya masalah
di knock sensor
71 = EGR system malfunction : Biasanya
maslah di knalpot/Exhaust
72 = Fuel cut solenoid signal fault
: Masalah di solenoid
78
= Fuel pump control signal fault : Masalah di fuel pump
81,83,84,85
= TCM communication fault : Biasanya masalah di transmisi mobil
Cara Kerja Engine Coolant Temperaure
Cara Kerja Engine Coolant Temperaure
2 komentar:
Jika voltase pada etc 12 v apakah penyebabnya..apakah ecu rusak atau p bermasalah...bagaimana menangani nya terimakasih
Setelah sy baca tulisan di atas, pada sensor WTS atau ETC menggunakan komponen resistor jenis NTC, yaitu jika suhu pendingin naik maka resistansi akan turun dan jika suhu pendingin turun maka resistansi akan naik.
Di sini yg mau sy tanyakan, sy pernah melakukan pemeriksaan langsung tegangan pada sensor ECT. Ketika suhu naik, tegangan turun dan ketika suhu turun tegangan naik. Padahal jika diaplikasikan sesuai hukum ohm, besar tegangan akan berbanding terbalik dengan nilai tahanan. Tp pada kasus ini pd sensor ECT yg menggunakan kompon NTC, besar tegangan berbanding lurus dg besar resistansi.?? Bgmn ini?
Posting Komentar